RAJAB.
Hampir semua Umat Islam diseluruh dunia siap menyambut, memperingati peristiwa Isra dan Miraj Nabi Besar Muhammad SAW. Sejumlah kegiatan keagamaan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan pesantren, Masjid2 dan musholla untuk memperingati Isra dan mi'rojnya Nabi Besar Muhammad SAW.
Pemerintah Republik Indonesia pun menjadikan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai hari hari libur nasional. Sebagai tanda memperingati kelahiran Beliau Nabi Muhammad SAW.
Allah mengabadikan kedua peristiwa ini dalam Alquran. Peristiwa Isra di awal Surah Al-Isra,

artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sedangkan peristiwa Miraj ada dalam surah An-Najm ayat 13-18,

artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
Menarik disimak, pemberitaan peristiwa Isra diawali dengan tasbih, yaitu: Subhanalladzi asra bi abdihi…” Sepertinya Allah SWT menginginkan agar di bulan Rajab umat ini banyak bertasbih. Nabi bersabda:
“Barang siapa membaca tasbih: Subhanallohil hayyul qayyum (Maha Suci Allah yang Maha hidup Maha Mandiri) sepuluh hari pertama; Subhanallahil-ahadish-shamad (Maha Suci Allah yang Maha Esa pergantungan segala harapan) sepuluh hari kedua dan Subhanallahirra’uf (Maha Suci Allah yang Maha Penyayang), sepuluh hari terakhir masing-masing seratus kali setiap hari, kepadanya dianugerahkan sesuatu yang tidak bisa disebutkan nominalnya.” (Nuzhah al-Majalis, Syekh Abdurrahman As-Shafuri As-Syafi’i jilid I, hal. 152).
Apa itu tasbih? Lafazh tasbih berasal dari kata kerja sabbaha-yusabbihu, artinya: “mengucapkan subhanallah,” terjemahnya: “Maha Suci Allah.” Bila seseorang mengucapkan: Sabbahallah, berarti orang tersebut mensucikan dan mengagungkan Allah, jadi tasbih berarti pengagungan/ pensucian terhadap Allah dari sesuatu yg tidak layak bagi-Nya.
Imam Al-Fakhrurrazi mengatakan: “Tasbih adalah suatu ungkapan pengakuan akan kesucian Allah dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.” Dengan kalimat tasbih, Nabi ingin menepis anggapan kuffar dan musyrikin Makkah yang tidak mempercayai kebenaran peristiwa tersebut; karena Dia Maha Suci dari hal-hal yang tidak mungkin menurut makhluk.
Nabi SAW bersabda: rajab syahrullah, wa sya’ban syahri, wa Ramadhan syahru ummati. Artinya: “Rajab adalah bulan Allah, (sedang) Sya’ban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulan ummatku.”
Para ulama menganjurkan dalam bulan Rajab agar banyak beristigfar; tersusunlah doa istigfar yang disebut “Istigfar Rajab.” Memang menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah “ tidak ada keistimewaan amaliyah tertentu di bulan Rajab, apakah itu puasa dan lainnya; kendati diakui di bulan haram sangat dianjurkan banyak berpuasa.”
Kendati hari raya dalam Islam hanya dua, yaitu Idul fitri dan Idul adha, namun beberapa peristiwa yang dianggap penting dalam sejarah Islam selayaknya diperingati, yaitu 1 Muharram (tahun baru Islam), 12 Rabi’ul Awwal (kelahiran Nabi SAW), 27 Rajab (terjadinya Isra dan Miraj) dan 17 Ramadan (turunnya Alquran).
Dengan peringatan-peringatan tersebut, tentu saja diharapkan dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan, Menambah rasa Cinta terhadap Allah dan Rosul-Nya. Sehingga rasa beragama kita semakin kuat, dan membangkitkan semangat dalam beribadah kepada ALlah SWT. Menyadarkan kita akan begitu kuatnya perjuangan Nabi Muhammad SAW. Dan yg tak kalah penting terbangunnya upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar