Setelah Maharaja Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat ditangkap polisi, ternyata ada wakinya. Jadi Keratonya tetep berjalan. Narasi berita tersebut hanyalah humor belaka. Pasangan Raja dan Ratu itu sengaja di edit setelah sang raja tertangkap polisi. Tidak ada maksud apapun dari gambar tersebut kecuali hanya untuk hiburan dikala penat sambil minum kopi atau sambil ngobrol sama teman....
Jika Kau memandang seseorang dengan pandangan mata syariat, maka akan kau temui banyak sekali rasa marahnya. Tapi jika kau memandang seseorang dengan pandangan mata hakikat, maka akan kau temui begitu banyak sekali rasa maklumnya....
Selasa, 21 Januari 2020
Pengganti Raja
Setelah Maharaja Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat ditangkap polisi, ternyata ada wakinya. Jadi Keratonya tetep berjalan. Narasi berita tersebut hanyalah humor belaka. Pasangan Raja dan Ratu itu sengaja di edit setelah sang raja tertangkap polisi. Tidak ada maksud apapun dari gambar tersebut kecuali hanya untuk hiburan dikala penat sambil minum kopi atau sambil ngobrol sama teman....
Kamis, 16 Januari 2020
Kerajaan Keraton Agung Sejagat tenggelam sebelum jaya
Keputusan yang sangat berani dari seorang Totok Santoso Hadiningrat alias sinuhun memproklamirkan berdirinya Kerajaan Kraton Agung Sejagat. Yang mengklaim dirinya Sebagai rakai mataram sebagai maharaja jawa yang akan menguasai dunia. Bahkan Totok mengklaim bahwa Pentagon adalah miliknya. Seorang Totok dengan latar belakang yang tidak jelas mampu merekrut pengikut hingga 425 orang yang bersedia membayar sebagai syarat menjadi kerabat kraton agung. Kraton Agung Sejagat semakin mencuat dan dikenal banyak orang setelah pd tanggal 10 januari 2020 kemaren melakukan kirab keliling kampung. Dengan kru kerajaan dan berseragam lengkap. Dan pada malam harinya melakukan ritual didepan batu prasasti yang dianggap keramat untuk menitahkan kepada semua golongan lelembut mulai dari jin syetan parahyangan untuk membantu maharaja paduka Totok Santoso Hadiningrat dan Dyah Gitarja sang maharatu... Sesuatu yang dianggap keanehan pada masyarakat sekitar desa pogung akan adanya aktifitas kelompok ini. Dan banyak diantaranya merasa resah dan tidak nyaman akan keberadaan Kraton Agung Sejagat tersebut. Sehingga hal ini menjadi kontroversi yang akhirnya dilaporkan kepada pihak berwajib. Yang berujung ditangkapnya sang Raja dan Ratu. Kendati baru saja menikmati enaknya menjadi seorang raja dan ratu yang dikawal kerabat kerajaan dan pengikut setianya... Kini Totok hanya mampu merenungi nasib bahkan sang ratu sempat terlihat menangis ketika ditangkap. Dan tak ada satupun prajurit kerajaanya yg membela dirinya sebagai maharaja. Suangguh nasih sang raja yang paling tragis yg pernah ada...
Rabu, 15 Januari 2020
Penangkapan Sang Maharaja Totok Santoso Hadiningrat beserta Permaisuri
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Kepolisian Daerah (Polda) Jawa Tengah menangkap Raja Kraton Agung Sejagat, Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat dan permaisurinya yang bergelar Dyah Gitarja, Selasa (14/01/2029) sore. Keduanya diamankan ketika dalam perjalanan dari Yogyakarta menuju ke kratonnya di Desa Pogung Juru Tengah, Kecamatan Bayan, Kabupaten Purworejo.
Polisi untuk sementara mengamankan keduanya di Mapolres Purworejo. "Benar keduanya kami amankan, tadi sore. Statusnya tersangka," kata Direktur Reskrimum Polda Jateng Kombes Pol Budi Haryanto SIK.
Keduanya diamankan karena diduga melanggar Pasal 14 UU RI Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana. Pasal itu berbunyi ‘Barang siapa menyiarkan berita atau pemberitaan bohong dengan sengaja menerbitkan keonaran kalangan masyarakat, dihukum maksimal sepuluh tahun penjara’.
Selain itu, polisi menduga keduanya melanggar Pasal 378 KUHP tentang penipuan. "Sementara untuk dugaan tindak pidana makar masih kami dalami," tuturnya.
Menurutnya, pasangan raja dan permaisuri itu akan dibawa ke Mapolda Jateng. Sejumlah penyidik juga melakukan penggeledahan di kompleks kraton.
Mereka mengamankan sejumlah dokumen seperti KTP milik tersangka dan dokumen palsu yang dicetak tersangka untuk sarana merekrut anggota. Polisi juga memeriksa sepuluh warga Pogung Juru Tengah sebagai saksi. (Jas)
Pihak kepolisian langsung menelusuri munculnya Keraton Agung Sejagat yang ramai dibicarakan publik, mulai dari mengumpulkan data-data hingga akhirnya dilakukan penangkapan pada hari ini Selasa, 14 Januari 2020. Kedua orang yang mengklaim sebagai raja dan ratu Keraton Agung Sejagat itu menjadi sorotan setelah mengelar wilujengan dan kirab budaya pada 10-12 Januari 2020 lalu.
mengumpulkan data
Kapolda Jawa Tengah, Irjen Rycko Amelza Dahniel mengatakan, sudah mengirim petugas ke lokasi untuk mengumpulkan data terkait munculnya kerajaan yang dipimpin Totok.
"Hari ini kami personel ke Purworejo, bersama dengan Polres Purworejo akan melakukan pengumpulan data-data terkait legalitas hingga sejarah," kata Rycko.
Menurut dia, masyarakat menjadi resah ketika Totok mendeklarasikan sebagai Rangkai Mataram Agung yang menjadi juru damai dunia. Selain itu, ia klaim sebagai kekaisaran dunia yang muncul setelah berakhirnya perjanjian antara Majapahit dengan Portugis 500 tahun yang lalu.
"Tentu ini sudah meresahkan masyarakat, dilihat dari aspek sosial, aspek kultural, aspek kesejarahan, banyak yang simpang siur. Kita akan pelajari itu semua," ujarnya.

Asasl Usul Totok Santoso

Asasl Usul Totok Santoso
Siapa sangka Totok Santoso Hadiningrat pria yang mendeklarasikan diri sebagai Raja Keraton Agung Sejagat ternyata sempat tinggal selama enam tahun di Kampung Bandan, Ancol, Jakarta Utara. Lurah Ancol Rusmin mengatakan, Totok tinggal di bedeng kayu berukuran 2x3 meter di pinggir rel kereta Stasiun Kampung Bandan.
"Dia tinggal di bedeng kayu semi permanen ukuran 2x3 di bantaran rel," kata Rusmin di Kampung Bandan, Ancol Rabu (15/1/2020) malam.
Sementara itu, Ketua RT 012/ RW 005 Kelurahan Ancol Abdul Manaf mengatakan, Totok tinggal di sana sejak tahun 2011.
"Jadi dia bikin surat pengantar bikin KTP 2011. 2012 balik lagi, bikin KTP," kata Abdul kepada wartawan.
Kapolda Jateng Irjen Pol Rycko Amelza Dahniel saat menunjukan sejumlah barang bukti pasangan suami istri Totok Santoso Hadiningrat (42) dan Kanjeng Ratu Dyah Gitarja (41) yang mengaku sebagai pimpinan dari Keraton Agung Sejagat (KAS), Rabu (15/1/2020), di Ditreskrimum Polda Jateng. Abdul mengatakan, selama tinggal di sana, Totok tidak begitu menyita perhatian warga sekitar.
Selasa, 14 Januari 2020
Munculnya Kerajaan Baru di Indonesia, Kerajaan Keraton Agung Sejagat
Kerajaan tersebut bernama Keraton Agung Sejagat, kerajaan ini diklaim tak hanya memimpin wilayah Purworejo, melainkan juga dunia.
Mereka juga mengklaim memiliki sebuah keraton dengan bentuk kekinian namun belum selesai dibangun di Desa Pogung Juru Tengah, Bayan, Purworejo, Jawa Tengah.
Kerajaan ini dipimpin oleh sepasang raja dan ratu, yaitu Totok Santosa Hadiningrat alias Sinuhun sebagai Raja dan Dyah Gitarja alias Kanjeng Ratu.
“Kami muncul untuk menunaikan janji 500 tahun runtuhnya Kerajaan Majapahit di tahun 1518,” tutur Totok yang menasbihkan dirinya sebagai Rangkai Mataram Agung, seperti dikutip dari tribunnews, Minggu 12 Januari 2020.
Sosok Totok lantas menjadi sorotan warga dunia maya, terutama terkait sosok dirinya pada 2016.
Selain pernah meramalkan sesuatu yang dianggap hampir terjadi pada tahun ini, dia juga pernah menjanjikan uang ratusan dollar AS (jutaan rupiah) per bulan kepada setiap warga di Yogyakarta dari dana yang bersumber dari suatu bank.
Bank mana yang dimaksud? Serta ramalan apa yang pernah diungkapkannya pada 2016 yang dianggap hampir menjadi kenyataan?
Totok sendiri mengklaim dirinya memiliki pengikut sebanyak 425 orang yang siap melakukan kirab keliling kampung.
Terkiat klaim dirinya yang menjadi pemimpin dunia, Totok mengaku bisa mengubah sistem politik global.
“Kami ada untuk mempersiapkan kedatangan Sri Maharatu Jawa kembali ke tanah Jawa,” tutur Totok.
Menurut Totok, hal ini terkait dengan perjanjian yang dibuat oleh Dyah Ranawijaya sebagai penguasa terakhir Majapahit dengan orang Portugis pada 1518.
Kekalahan Portugis dalam berabad-abad silam, menurut Totok, dapat diartikan kembalinya kekuasaan dunia ke wilayah nusantara.
Sementara, mengenai pemilihan Purworejo sebagai pusat kerajaan, Totok beralasan bahwa di Yogya dan Solo sudah keburu berdiri kerajaan Mataram.
Viral-nya nama Totok Santosa Hadiningrat membuat warganet penasaran tentang siapa dirinya.
Melalui akun Instagram dirinya, @hrtoto, terlihat beberapa kali dirinya mengunggah foto pribadi.
Selain itu, beberapa kali pula dirinya mengunggah foto atau kutipan terkait agama atau perang.
Totok Santosa Hadiningrat pimpinan Keraton Agung
Totok Santosa Hadiningrat pimpinan Keraton Agung
Namun, di antara itu semua, salah satu yang paling disoroti adalah unggahannya pada 2016.
Saat itu, Totok mengunggah foto tentang Perang Dunia III pada 2020, tahun ini.
Tentu saja, ‘ramalan’ tersebut seolah mendekati bertambah buruknya hubungan Iran-AS di awal tahun yang dianggap bisa memicu perang besar.
Pada 2016 pula, sosok Totok ternyata pernah menjadi sorotan media, khususnya yang berada di wilayah Yogyakarta atau Jawa Tengah.
Melalui organisasi Jogja Development Comiittee (Jogja DEC), Totok menjanjikan akan membagikan uang sebesar 100 hingga 200 dollar AS per bulan kepada setiap anggotanya.
Uang tersebut diklaim berasal dari sebuah bank di Swiss yang menyimpan Esa Monetary Fund.
Sebuah dana, yang diklaim Totok, akan dibagikan kepada warga untuk memberi kesejahteraan kepada warga Indonesia.
Lalu, terwujudkah apa yang dijanjikan Totok?
Sebuah berita pada 2016 menyebut banyak anggota Jogja DEC memilih mundur karena janji pembagian uang tersebut tak pernah terwujud.
Inilah sosok sepasang Raja dan Ratu Kerajaan Kraton Agung Sejati
Pasukan Menteri2 dan pengawal saat melakukan Kirab keliling kampung
Laokasi Kerajaan berada di Desa Pogung Kecamatan Bayan Kabupaten Purworejo Jawa Tengah
Saat Pelaksanaan Upacara Raja dan Ratu bersama para pejabat Kerajaan
Raja pada saat pidato di depan para Anggota Kerajaan
Suasana Di Keraton Agung Sejagat, Nampak para menteri dan Pejabat Kerajaan
Sang Maharaja Sinuhun Totok Santoso Hadiningrat Pewaris tahta Kerajaan Majapahit
Batu Prasasti yang dianggap keramat yang diambil dari Bruno Purworejo
Sabtu, 11 Januari 2020
SEJARAH BERDIRINYA KEBUMEN
Sejarah Trah Kolopaking dimulai dari huru hara dikeraton Mataram, yang kala itu dipegang oleh Sunan Amangkurat I, yang lebih dekat ke VOC. Banyak Bangsawan kerajaan dibunuh, disingkirkan dan disuir dari Keraton. salah satunya adalah Pangeran Bumidirja yang kemudian menetap di Kadipaten Panjer.
Datangnya Pangeran Bumidirdja di panjer, menimbulkan kekhawatiran Ki Gedhe panjer Roma II dan Tumenggung Wangsanegara panjer Gunung karena Pangeran Bumidirdja saat itu dinyatakan sebagai buronan Pemerintah.
Akhirnya Ki Gedhe panjer Roma II dan Tumenggung Wangsanegara memutuskan untuk meninggalkan panjer dan tinggallah Ki Kertawangsa yang dipaksa untuk tetap tinggal dan taat pada Mataram. Ia diserahi dua kekuasaan panjer dan kemudian bergelar Ki Gedhe panjer Roma III.
Dua Kekuasaan panjer (panjer Roma dan panjer Gunung) membuktikan bahwa panjer saat itu sebagai sebuah wilayah berskala luas (Kabupaten / Kadipaten) sehingga dikategorikan dalam daerah Brang Kulon.
Semenjak Sunan Amangkurat I, memerintah di Mataram, banyak timbul ketidakpuasan para bangsawan keraton dan pemebrontakan dibeberapa daerah. salah satunya yang terkenal adalah Pemberontakan Trunojoyo.
Pada tanggal 2 Juli 1677 Trunajaya berhasil menduduki istana Mataram di Plered yang ketika itu diperintah oleh Sultan Amangkurat Agung (Amangkurat I). Sebelum Plered dikuasai oleh Trunajaya, Sultan Amangkurat Agung dan putranya yang bernama Raden Mas Rahmat berhasil melarikan diri ke arah Barat.
Dalam pelarian tersebut, Sultan Amangkurat Agung jatuh sakit. Dia kemudian singgah di panjer (tepatnya pada tanggal 2 Juni 1677) yang pada waktu itu diperintah oleh Ki Gedhe panjer III.
Sultan Amangkurat I diobati oleh Ki Gedhe panjer III dengan air Kelapa Tua (Aking) karena pada waktu itu sangat sulit mencari kelapa muda. Setelah diobati oleh Ki Gedhe panjer III, kesehatan Sultan Amangkurat I berangsur membaik.
Karena jasa Ki Gedhe Panjer III, oleh Sunan Amangkurat I beliau di angkat sebagai Tumenggung dengan gelar Tumenggung Kalapa Aking I (Kolopaking I, sebagai departemen Adipati panjer I (1677 - 1710).
Setelah merasa pulih, Sultan Amangkurat Agung melanjutkan perjalannya menuju ke Barat, akan tetapi sakitnya ternyata kambuh kembali dan akhirnya Beliau wafat di desa Wanayasa (Kabupaten Banyumas) tepatnya pada tanggal 13 Juli 1677.
Menurut Babad Tanah Jawi, kematian Sultan Amangurat Agung dipercepat oleh air kelapa beracun pemberian Raden Mas Rahmat (putranya sendiri yang menyertai Dia dalam pelarian). Sesuai dengan wasiatnya, Ia kemudian dimakamkan di daerah Tegal Arum (Tegal) yang kemudian dikenal dengan nama Sunan Tegal Wangi .
Dalam masa pemerintahan Kadipaten Panjer, tumenggung Kolopaking I digantikan oleh anaknya oleh putranya dan bergelar Tumenggung Kalapaking II (1710 - 1751), dilanjutkan oleh Tumenggung Kalapaking III (1751 - 1790) dan Tumenggung kalapaking IV (1790 - 1833)
Sementara itu tampuk kepemimpinan panjer periode Kolopaking hanya berlangsung hingga Kolopaking IV dikarenakan adanya suksesi di panjer pada waktu itu antara Kalapaking IV dan Arungbinang IV yang berakhir dengan pembagian wilayah dimana Kalapaking mendapat bagian di Karanganyar dan Banyumas, sedangkan Arungbinang tetap di panjer. Sejak pemerintahan Arungbinang IV inilah panjer Roma dan panjer Gunung digabung Menjadi satu dengan nama Kebumen.
https://youtu.be/eBJ9UkeWmPo?t=1218
Sudahkan proses pengaspalan hotmix ini sesuai standar?
Rabu, 08 Januari 2020
Seoul Grand Park Korea Selatan Ayooo piknik
Langganan:
Postingan (Atom)
ALANGKAH INDAHNYA JIKA CINTA KITA KEPADA ALLAH DAN ROSUL-NYA SEPERTI CINTANYA LAILA DAN MAJNUN
Sebuah Cerita kisah cinta dua sejoli yang sedang dimabuk asmara, Membangkitkan semangat luar biasa untuk mempertahankan cintanya. Mereka rel...
-
Kehadiran Andrea Hirata Seman, penulis novel debutan Laskar Pelangi (Bentang, 2005) tampaknya cukup memberi warna jagad sastra dan pernovel...
-
Pada jaman dahulu ada seorang Jendral dari negeri Tiongkok kuno yang mendapat tugas untuk memimpin pasukan melawan musuh yang jumlahny...
-
“Tidak Ada Jalan Pintas Kemanapun Juga yang Pantas Dilalui. Tidak Ada Keajaiban, Kecuali Menjalankan Hal yang Mendasar.” ~ Andrew Ho Era g...