Minggu, 21 Februari 2021

BIOGRAFI KH. MOCHAMAD BADRI

 


Tulisan ini meraih juara ke 2 pada acara Harlah NU ke 95/ 98 PAC Kab. Kebumen


Dihadiri Bupati Kebumen, Ketua DPRD Kebumen, Mantan Bupati Kebumen KH. Nasirudin, Kapolres, Kepala Pengadialan Agama, Ketua Tanfidiyah NU Kebumen, Para Ulama dan Tokoh Masyarakat.




BIOGRAFI

KH. MOCHAMAD BADRI

DALAM SEJARAH BERDIRINYA MASJID DARUSSALAM SITIREJO

Oleh : Mustolih Hakim




KH. MOCHAMMAD BADRI / BADRURROHMAN
Sitirejo, Klirong, Kebumen, Jawa Tengah



Pada sekitar tahun 1908 Lahirlah seorang anak laki laki di dukuh Jalasida, Gadungrejo, Klirong, Kebumen, yang diberi nama Mochamad Badri. Bapaknya bernama Dulkodir adalah seorang petani dan kyai kampung. Lahir sebagai anak pertama yang sangat diharapkan oleh orang tuanya untuk menuntut ilmu agama. Sejak masih kecil sudah dititipkan dipondok untuk belajar ngaji, mulai dari pondok-pondok lokal diwilayah Kebumen, seperti di Pondok Lirap Kecamatan Petanahan, pondok Pekeyongan Podoluhur Klirong Kebumen dan lain lain. Setelah menamatkan ngaji diniyah dan nahwu Ia pun meneruskan mondok di Pesugihan Cilacap Jawa tengah.

Semakin dewasa, keinginanya belajar ilmu agama semakin besar, semangat belajarnya yang tinggi diturunkan dari kakeknya yaitu KH. Sujangi, yang mondok dan ngaji pada seorang guru yang memiliki karomah. Kakeknya KH. Sujangi waktu mondok terkenal suka mencuri sisa air minum (wedang teh) sisa gurunya dan diminumnya. Jika gurunya mandi Beliau suka membuntuti sampai ke samping kulah (kamar mandi) dekat dengan selokan pembuangan air (paceran). Dan Ia pun menampung air sisa mandi gurunya di saluran pembuangan (paceran) bahkan kadang airnya bercampur kotoran lumpur. Tapi Beliau KH. Sujangi menganggap bahwa air itu mengandung barokah. Sehingga air sisa mandi gurunya yang Ia tampung digunakan untuk mandi. Hal seperti itu dilakukannya secara rutin selama Ia mondok, tanpa sepengetahuan gurunya. Namun lama kelamaan kebiasaan ini diketahui teman teman pondoknya. Dan akhirnya dari desas desus tersebut terdengarlah sampai ke telinga gurunya (Romo Kyai). Melihat muridnya melakukan hal semacam itu, Beliau pun meridhoi perbuatanya sehingga menjadi berkah.

Pada suatu hari dimusim panen Gurunya memanggil Sujangi dan memberikan tugas pada muridnya yang nyeleneh itu. “Jangi…” panggil gurunya. “Kamu nanti malam jaga padi di sawah pinggir Desa, padi padi yang baru dipanen masih menumpuk dipinggir jalan, belum sempat dibawa pulang. Kamu jaga disana, bawalah tujuh batu kerikil ini”. Perintah gurunya. Sujangi antara bingung dan takut karena selama ini, yang diperintah jaga adalah para senior yang sudah belajar ilmu hikmah. Karena kebiasaan di daerah tersebut jika ada padi di sawah atau di pinggir pinggir jalan biasanya mengundang para maling dan rampok untuk menggasaknya. Tanpa berani bertanya apa apa santri ini menganggukan kepala dan sendiko dawuh atas perintah gurunya. tujuh batu yang diberikan oleh gurunya tanpa tahu apa maksudnya di masukan kantong celananya. Ketika hari mulai petang berangkatlah Sujangi menuju ketempat dimana padi padi itu diletakan. Hasil panen dari sawah sawah gurunya itu jika dimuat dengan gerobak pedati bisa sampai tujuh gerobak.

Sesekali Sujangi berkeliling  diantara tumpukan tumpukan padi. Hingga masuk ‘isya, selesai sholat Ia pun berjaga jaga dengan rasa was was dan takut. Tak lama kemudian sayup sayup terdengarlah suara Langkah kaki sapi dan suara roda roda pedati. Sujangi pun sembunyi dan mengawasi arah suara tersebut. Semakin lama suara itu semakin jelas dan akhirnya nampaklah serombongan pedati yang ditarik sapi berjumlah tujuh gerobak. Dalam pikiran Sujangi “jangan jangan ini adalah gerombolan perampok yang akan membawa padi padi milik gurunya”. Dan benar juga rombongan pedati itu berhenti di samping tumpukan tumpukan padi yang baru dipanen. Mereka mulai mengangkut padi padi itu dan memasukannya kedalam gerobak pedati. Sujangi memperhatikan dalam kegelapan malam diantara semak semak sambil berfikir bagaimana cara menghentikan pencurian padi milik gurunya itu. Untuk melawan para maling itu jelas tidak mungkin pikirnya, karena kecuali orangnya banyak, mereka pun membawa senjata tajam. Kemudian Ia teringat akan batu kerikil berjumlah tujuh buah, dan gerobak pedati milik pencuri pencuri itu juga ternyata berjumlah tujuh.

Sementara gerobak gerobak pencuri itu satu persatu mulai dipenuhi dengan padi padi curian dan mulai beranjak jalan. Dengan bekal tujuh batu kerikil dari gurunya itu Sujangi mulai menemukan ide untuk mencobanya berikhtiar dengan memasukan batu itu satu satu ke semua gerobak pencuri. Dimulai dari gerobak yang paling belakang, Sujangi membuntuti dengan merunduk runduk dan melemparkan batu itu ke dalam gerobak pedati. Tak disangka dan tak diduga tiba tiba as roda gerobak itu patah. Sujangi lari ke arah depanya dengan merunduk runduk dalam kegelapan malam dan melemparkan batu berikutnya ke gerobak di depannya. Sama seperti kejadian sebelumnya, bahwa gerobak tersebut pun patah as rodanya dan ambruk bersama sapinya yang tak kuat menahan berat. Hal itu dilakukan sampai ke tujuh pedati milik pencuri padi itu ambruk, hingga para pencuri panik. Karena semua gerobaknya berjumlah tujuh buah patah semua as rodanya.

Setelah semua gerobak ambruk dan sapi sapinya roboh, Sujangi lari menuju ke pinggir desa sambil teriak teriak “maliing padiii…. Maliing padi…. Maliing padi….” Teriakan Sujangi itu mengagetkan warga sehingga semua warga keluar rumah sambil membawa pentungan. Mendengar teriakan dan kedatangan rombongan warga, para pencuri ini tambah panik dan berlarian tanpa arah. Sehingga ketujuh gerobak dan sapi sapi penariknya dibiarkan di jalanan. Sujangi dan warga pun berjaga sampai pagi menjelang. Sehabis subuh Sujangi melaporkan kejadian itu pada gurunya. Dibantu santri santri yang lain pedati pedati dan sapinya diamankan ke pondok, dan padinya diangkut ke lumbung. Padi padi milik Romo Kyai tidak jadi hilang, malah beruntung, mendapatkan tujuh sapi sapi besar dan tujuh gerobak pedati, semua itu digunakan untuk pembangunan pondok dan untuk membiayai santri santrinya dalam menuntut ilmu dipondok tersebut. Dengan kejadian tersebut Sujangi menjadi terkenal dikalangan santri santri yang lain. Dianggap sebagai santri sakti yang bisa mengalahkan rombongan pencuri yang jumlahnya tidak sedikit, karena selalu meminum air teh sisa gurunya, dan selalu mandi dengan sisa air mandi gurunya. Sejak itu sisa air minum dan sisa air mandi gurunya menjadi rebutan para santri.

KH. Sujangi mempunyai adik bernama KH. Syafi’i (Logede) yaitu kakek mbah nyai istri KH. Nawawi Pondok Pesantren Karangglonggong, Klirong. Sementara KH. Sujangi adalah kakek dari KH. Mochamad Badri Sitirejo.

Setelah menamatkan mondoknya di Pesugihan, KH. Mochamad Badri melanjutkan mondok ke Jawa Timur, Hampir semua pondok pondok besar di jawa timur waktu itu pernah Ia singgahi. Tapi yang paling lama adalah di Pondok Pesantren Benda Pare Kediri. KH. Mochammad Badri menghabiskan sebagian umurnya sekitar 30 tahun untuk mondok, dari pondok satu ke pondok yang lainya sejak masih kecil. Sepulang mondok Beliau mendirikan pondok kecil kecilan di dukuh Jalasida.

Sementara di Desa Sitirejo ada seorang Saudagar kopra bernama H.Abu Bakar (waktu itu belum haji). Abu Bakar mempunyai lima orang anak perempuan dan dua anak laki laki. Diantara anak anaknya adalah : 1. Nini dongkol (orang tua Bpk. Sabar Rusdi/ kakek dari Bpk Ayub) 2. Nini Jemilah 3. Nini Supi 4. Kaki Jemasa 5.Sairah 6. Sumiati 7. H. Ghozali (Mantan Kepala Desa Sitirejo).

Pada suatu hari Nyai Abu bakar pergi ke pasar Petanahan. Seperti biasanya kecuali untuk kepentingan usahanya Ia pun senang melihat lihat suasana pasar. Pada waktu itu disudut pasar ada kerumunan orang, Ia pun penasaran dengan kerumunan tersebut, setelah ditengok ternyata seorang tukang ramal dengan media kartu dan burung. Setiap orang yang ingin diramal maka harus membayar dengan jumlah tertentu. Setelah membayar maka tukang ramal itu akan meletakan seekor burung pada tumpukan kartu. Lalu burung itupun dengan paruhnya mengambil salah satu kartu, didalam kartu itulah letak ramalannya. Iseng iseng Iapun tertarik untuk meramal nasibnya. Kemudian Ia membayar si tukang ramal dengan memintanya tiga kartu sekaligus. Setelah itu burung milik peramal itupun mengambil kartu dengan paruhnya satu persatu hingga tiga kartu. Kemudian si peramal memberikan kartu tersebut kepada Nyai Abu Bakar. Setelah dibuka dan dilihat ternyata kartu itu yang satu bergambar Masjidil Haram, yang kedua gambar Masjid Nabawi, dan yang ketiga gambar Masjid kampung seperti masjid masjid yang ada di jawa. Nyai Abu Bakar pun bingung dan heran apa ini maksudnya pikirnya dalam hati. Kemudian Ia pun menanyakan pada si tukang ramal, “Apa ini maksudnya, kenapa ramalanya hasilnya hanya seperti ini?” Si tukang ramal malah tersenyum. Kemudian menerangkan perihal gambar yang ada di kartu tersebut. “Kartu yang pertama bergambar Masjidil Haram itu tandanya bahwa sampean akan pergi Haji.” Mendengar penjelasan  si tukang ramal Nyai Abu Bakar tercengang dan berkata, “Saya ini tidak bisa ngaji dan tidak pernah berfikiran ingin berhaji, bagaimana mungkin saya akan pergi naik haji?” Mendengar perkataan itu si peramal pun menjawab, “Kenyataanya kartunya seperti itu, jadi itulah ramalanya”. Nyai Abu Bakar menyodorkan lagi kartu yang kedua yang bergambar Masjid Nabawi, sambil bertanya, “Lah kalau ini maksudnya apa?” Si peramal melihat kartunya sambil tersenyum. “Oooh kalo ini gambar Masjid Nabawi, tidak lama lagi sampean juga akan berkunjung ke tempat ini di Madinah”. Mendengar jawaban si peramal Nyai Abu Bakar tambah heran. “Sampean jangan mengada ada dengan ramalan ini, mana mungkin saya pergi kesana. Saya ini bukan ahli agama, saya ini tidak pernah mondok, tidak pandai ilmu agama”. Si Peramal tersenyum dan berkata “yah itulah kenyataanya”. Kemudian Kartu yang terakhirpun disodorkanya sambil berkata, “Kalau yang ini apa?” Si peramal menerangkan bahwa “itu adalah gambar masjid di kampung kampung. Pada suatu saat nanti sampean akan membangun masjid seperti ini”. Dengan rasa heran dan setengah tidak percaya, Nyai Abu Bakarpun meninggalkan si peramal.

Sepulang dari pasar Nyai Abu Bakar menceritakan semuanya tentang peramal di pasar Petanahan, yang meramalkanya akan naik Haji. Abu Bakar hanya tersenyum dan menganggapnya sebagai hal yang biasa dilakukan peramal kelas pasar untuk mencari nafkah. Namun tidak bagi istrinya, sejak kejadian itu Ia selalu terpikirkan, dan menjadi angan angan yang selalu muncul setiap saat. Akhirnya Ia pun berkeinginan untuk memondokan anaknya yang laki laki yaitu Achmad Ghozali, agar bisa mengetahui lebih dalam tentang agama dan ibadah haji seperti yang dikatakan peramal. Setelah berembug dengan suaminya, Abu Bakarpun menyetujui. Tapi mereka bingung harus mondok kemana dan ikut siapa. Sebelum memondokan Ghozali Abu Bakar berkeinginan menitipkan anak perempuanya yang bernama Sumiati yang sudah menikah tapi pernikahanya tidak harmonis dan sudah lama pisah ranjang, kepada Haji Ilyas di Jatimalang. Saat mengantar Sumiati ngaji pada  H. Ilyas Abu Bakar mengatakan niatnya ingin memondokan anaknya yaitu Ahmad Ghozali dan minta saranya kemana anaknya harus mondok. Haji Ilyas kemudian memberikan saran saranya kepada Abu Bakar. “Jika sampean ingin memondokan anaknya, lebih baik temui Mochamad Badri, Ia adalah seorang pemuda yang giat dalam mencari ilmu sudah mondok kemana mana. Dia lebih tahu tahapan tahapan mondoknya harus kemana dulu”. Mendengar penjelasan H. Ilyas, tanpa pikir panjang Abu Bakar langsung menemui Mochammad Badri di dukuh Jalasida. Setelah mengutarakan maksud dan tujuanya, Mochammad Badri pun menerima tawaran itu. Tidak menunggu lama Abu Bakar dan istrinya mempersiapkan segala perbekalannya untuk berangkat mondok. Tahapan awal Ia diantar untuk mondok di Pondok yang dekat dekat dulu yaitu di Pondok Pesantren Pekeyongan. Kemudian mengikuti jejaknya setelah dari pekeyongan dibawa ke Pesugihan Cilacap.

Sementara Sumiyati yang mengaji pada Haji Ilyas, karena anaknya nurut dan mudah faham setiap yang diajarkanya, Haji Ilyas pun mengangkatnya sebagai anak. Setelah beberapa tahun tinggal dan ngaji di rumah Haji Ilyas, dan sudah lama berpisah dengan suaminya. Haji Ilyas menyarankan untuk bercerai saja, karena suami sudah tidak pernah menjenguk, tidak pernah memberi nafkah lahir batin. Haji Ilyas selalu menasehati sumiati, “Sum.. kamu ini cantik, pinter ngaji, sementara suamimu tidak pernah raup, tidak ngerti agama, tidak bertanggung jawab sama kamu. Bagaimana bisa Ia membimbing kamu? Karena suami adalah imam mu. Apa tidak lebih baik kalian bercerai saja, ini demi kebaikan dan masa depanmu. Walaupun perceraian itu tidak baik. Tapi lebih tidak baik jika suamimu tidak bisa menjadi imam mu, yang seharusnya menuntunmu ke surga-Nya”. Akhirnya Sumiati pun menuruti saran gurunya yang juga bapak angkatnya. Beberapa waktu kemudian resmilah Ia menjadi seorang janda.

Beberapa tahun kemudian selesailah Mochamad Badri dalam mendampingi Achmad  Ghozali mondok, karena Ia tidak mau mondok terlalu lama, Ia merasa sudah cukup bekal untuk ibadah dan membimbing keluarganya kelak. Akhirnya Mochamad Badri menyerahkan Achmad Ghozali kepada Abu Bakar. Abu Bakar dan suaminya sangat berterima kasih kepada Mochammad Badri karena anaknya kini menjadi rajin ibadah dan pandai agama. Dan anak perempuanya yang sedang ngaji pada Haji Ilyas pun kini telah menguasai beberapa kitab fiqih. Melihat anak perempuanya yang kini statusnya seorang janda, dan melihat Mochammad Badri adalah seorang pemuda yang masih lajang. Abu Bakar dan istrinya pun ingin menjodohkan anaknya dengan Mochammad Badri.

Pada suatu hari Abu Bakar mengundang Mochammad Badri kerumahnya, untuk sekedar ngobrol sambil minum kopi. Hingga akhirnya pada puncak perbincangan Abu Bakar dan istrinya menawarkan kapada Mochammad Badri untuk menikah dengan sumiati anaknya. Singkat cerita Mochammad Badri bersedia asal sumiati juga bersedia tanpa pemaksaan. Mendengar hal itu Abu Bakar dan istrinya sangat senang begitu juga Haji Ilyas sangat gembira dan sangat mendukung. Akhirnya keduanya pun dinikahkan. Setelah menikah mereka tinggal di Jalasida membangun pondok dan mengajarkan pemuda pemudi sekitar untuk mengkaji ilmu agama. Abu Bakar dan istrinya sangat senang karena anak anaknya dan menantunya adalah orang-orang yang mengerti agama. Karena pada saat itu ilmu agama masih sangat sedikit di pelajari orang. Dan masjid masjid masih sangat jarang. Karena anak anaknya sudah mondok dan belajar agama, maka terpikirkan oleh Abu Bakar dan istrinya untuk ikut mendalami ilmu agama dari anak anak dan menantunya. Setelah memahami ilmu tauhid dan fiqih dan belajar manasik haji, merekapun berkeinginan untuk pergi haji ke Baitulloh. Dengan bimbingan menantunya akhirnya merekapun pergi Haji. Berkunjung ke Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Nyai Abu Bakar tersenyum bila mengingat seorang peramal di Pasar Petanahan beberapa tahun lalu yang menjadi kenyataan.

Sepulang dari ibadah Haji, Abu Bakar berembug dengan menantunya yaitu Mochammad Badri untuk menyampaikan keinginannya membangun Masjid di samping rumahnya. Dan memohon pada Mochammad Badri dan istrinya untuk tinggal bersamanya serta menjadi imam di Masjid yang Ia bangun, karena Achmad Ghozali lebih tertarih ketika ditawari menjadi Lurah. Akhirnya dibangunlah Masjid di pekarangan samping rumah sebelah depan, di tanah bekas kandang kuda dan garasi gerobak. Setelah masjid selesai dibangun, H. Abu Bakar memberi amanat agar  Mochammad Badri menjadi imam di Masjid tersebut. Lalu dipindahlah pondok pondok panggung yang ada di jalasida ke samping samping Masjid yang baru dibangun. Santri santrinya pun ikut boyong ke Masjid baru di sitirejo itu. Yang kemudian Masjidnya diberi nama Masjid Darussalam. Walaupun yang jama’ah dan ngaji di Masjid itu terbilang sangat ramai, namun pada perkembanganya ditempat yang baru itu pondoknya justru malah kurang berkembang.

Dari pernikahannya antara Hj. Sumiyati dan KH. Mochammad Badri dikaruniai seorang anak laki laki yaitu KH. Kastolani. KH. Kastolani kemudian menikah dengan Hj. Siti Maemunah seorang janda, putri dari KH. Nawawi Pengasuh Pondok Karangglonggong. Ibunya yaitu Hj Nyai Nawawi adalah cucu dari KH. Syafi’i adik dari KH. Sujangi.

Disaat masa tuanya Nyai Hj Abu Bakar saat berkumpul bersama keluarga sering bercerita sambil tertawa, mengenai seorang peramal di pasar yang tanpa terpikirkan olehnya kalau ternyata semua ramalanya menjadi kenyataan, yaitu melaksanakan ibadah haji, dan membangun masjid yang dulu masih dianggapnya mustahil.

 

Penulis : Mustolihakim

Berdasarkar cerita dari :

Simbah KH, Mochammad Badri (Alm)

Simbah Nyai Sumiati (Almh)

Bpk KH. Kastolani (Alm)

Rabu, 22 April 2020

SEJARAH 4 MADZHAB MASYHUR



1. Mazhab Hanafi yang rintis oleh Imam Abu Hanifah (w. 150 H). Pemikiran hukum mazhab ini bercorak rasional (ahl al-ra’yu). Hal ini disebabkan karena mazhab bermula di Kufah (Irak) yang terletak jauh dari Madinah. Irak, sebelum Islam, adalah pusat kebudayaan, tempat bertemu dan berkembangnya filsafat Yunani dan Persia. Setelah Islam, Irak menjadi pusat berkembangnya berbagai aliran politik, ilmu kalam dan fikih seperti Syi’ah, Khawarij dan Mu’tazilah. Pada masa Abu Hanifah, Kufah menjadi salat satu pusat aktifitas fikih para mujtahid generasi tabi’it tabi’in. Sebelum generasi tabi’in, Kufah menjadi tempat Abdullah bin Mas’ud (w. 32 H) yang dikirim oleh khalifah Umar bin Khattab (w. 644 M) untuk mengajarkan Islam dan memutuskan masalah-masalah hukum. Pendekatan dan metode yang digunakan untuk memecahkan hukum adalah dengan ra’yu (pendapat/nalar) karena ia sangat ketat dalam menerima hadis, analogi (qiyas), dan istihsan (qiyas khafi). Mazhab Hanafi terkenal sangat ketat untuk menerima hadis karena pada masa itu banyak muncul hadis-hadis palsu seiring dengan perpecahan politik yang dialami umat Islam. Banyak hadis yang diciptakan kelompok tertentu untuk mendukung kepentingan politiknya masing-masing. Mazhab ini banyak berkembang di Mesir, Suriah, Libanon, Turki, Tunisia, Turkistan, India, Pakistan, Afganistan, Balkan, Cina, Rusia dan Irak.

2.   Mazhab Maliki yang didirikan oleh Imam Malik bin Anas (179 H). Pemikiran mazhab ini banyak dipengaruhi oleh sunnah yang cenderung tekstual. Imam Malik termasuk periwayat hadis, karyanya yang paling monumental adalah al-Muwaththa’ (kumpulan hadis yag bercorak fiqh). Dalam merumuskan hukum-hukum yang bersumber dari al-Quran dan al-hadis, Imam Malik menggunakan metode sebagai berikut: a) tidak seketat Abu Hanifah dalam menerima hadis. Jika Abu Hanifah hanya menerima hadis kalau hadis itu mutawatir atau paling tidak pada tingkatan masyhur, Imam Malik hanya menerima hadis ahad bahkan hadis ahad yang mursal asal periwayatannya orang yang terpercaya. Hadis ahad juga lebih diutamakan daripada qiyas, sehingga ia lebih banyak menggunakan hadis daripada ra’yu; b) ‘Amal ahl al-Madinah (praktik masyarakat Madinah), karena mereka dianggap orang yang paling tahu tentang al-Quran dan penjelasan-penjelasan Rasulullah; c) Pernyataan sahabat (qaul al-shahabi). Menurut Imam Malik, jika tidak ada hadis sahih dari Nabi saw yang dapat digunakan untuk memecahkan suatu masalah, maka pernyataan sahabat dapat dijadikan sumber hukum. Pendapat ini didasarkan pada pandangan bahwa para sahabat lebih memahami pengertian yang tersirat maupun tujuan ayat, karena mereka menyaksikan sendiri turunnya al-Quran dan mendengar langsung penjelasan Rasulullah s.a.w.) Al-Mashlahat al-Mursalah, yaitu mempertimbangkan kepentingan umum terhadap suatu permasalahan hukum yang secara eksplisit tidak terdapat dalam al-Quran dan al-hadis baik yang mendukung maupun yang menolak. Tujuannya adalah untuk menarik kemanfaatan (jalb al-manfa’ah) dan menghindari madarat (daf’ al-madharrah); e) Al-zari’ah, yaitu mempertimbangkan perkataan dan perbuatan yang menyebabkan terjadinya perbuatan lain. Perbuatan yang mengantarkan pada perbuatan haram, hukumnya haram, sedang perbuatan yang mengantarkan pada perbuatan halal hukumnya juga halal; f) Qiyas. Apabila suatu masalah tidak ditemukan ketentuannya dalam al-Quran, al-hadis, perkataan sahabat atau ijma’ ahl al-Madinah maka Imam Malik memutuskan masalah tersebut dengan qiyas, yaitu menyemakan suatu peristiwa yang belum ada ketentuan hukumnya dengan sesuatu yang jelas hukumnya karena keduanya ada persamaan illat. Mazhab Maliki ini tersebar dan diikuti di berbagai wilayah seperti Tunisia, Aljazair, Maroko, Spanyol dan Mesir.


3    Mazhab Syafi’i yang didirikan oleh Abu Abdullah Muhammad bin Idris al-Syafi’i (w. 204 M). Metode dan pendekatan yang digunakan untuk meng-istinbath-kan hukum adalah: a) al-Quran dan al-hadis merupakan sumber pokoknya sebagaimana mazhab-mazhab lain meskipun cara pandang mereka terhadap kedua sumber tesebut seringkali berbeda. Menurut Imam Syafi’i, al-Quran dan hadis mutawatir berada dalam satu martabat, karena sunnah berfungsi untuk menjelaskan al-Quran. Keduanya adalah wahyu meskipun kekuatan sunnah secara terpisah tidak sekuat al-Quran; b) Ijma’. Ijma’ yang dimaksud Imam Syafi’i adalah kesepakatan ulama suatu masa di seluruh dunia Islam, bukan ijma’ di satu negeri saja dan bukan ijma’ kaum tertentu saja; c) Qiyas, yaitu menyamakan hukum suatu masalah yang tidak ada ketentuannya dalam nas dengan hukum yang ada dalam nas karena adanya persamaan illat. Mazhab Syafi’iyah ini berkembang di negara-negara seperti Mesir, Suriah, Yaman, Indonesia, Malaysia, Makkah, Arab Selatan, Bahrain, Afrika Timur dan Asia Tengah.


4.   Mazhab Hanbali atau Hanabilah didirikan oleh Ahmad bin Muhammad bin Hanbal (w. 241 M). Selain berdasar al-Quran dan sunnah dan pendapat sahabat, ia juga menggunakan hadis mursal dan hadis dha’if (dalam tingkatan hasan asal perawinya tidak pembohong); qiyas jika terpaksa (‘inda “ar­rah). Mazhab ini banyak berkembang di Irak, Mesir, Suriah, Palestina dan Arab Saudi. Dari berbagai mazhab yang ada, karakteristik penafsiran mazhab-mazhab tersebut dapat disederhanakan menjadi dua kecenderungan besar, yaitu ahl al-ra’y dan ahl al-hadis. Para ahli hukum Iraq seperi Imam Abu Hanifah, karena berbagai alasan, dianggap terlalu ketat dalam menerima hadis sebagai dasar hukum, sehingga lebih banyak menggunakan akal . Sedang ulama Hijaz seperti Imam Malik bin Anas lebih longgar untuk menerima hadis sebagai dasar hukum, meskipun hal ini tidak berarti mereka menolak akal sama sekali.


Manna’ al-Qaththan, penulis buku Tarikh Tasyri’ al-Islami, memberi penjelasan lebih lanjut mengenai perkembangan ahl al-ra’y dan ahl al-hadis. Dalam kaitan perkembangan ahl al-ra’y di Iraq, dia memberi bebapa penjelasan: 1) Tasyi’ di Iraq dipengaruhi oleh pemikiran rasional Ibnu Mas’ud sebagaimana telah disinggung di atas; 2) Hadis yang berkembang di Iraq lebih sedikit jumlahnya dibanding hadis yang berkembang di Hijaz. Sementara permasalahan-permasalahan hukum yang berkembang di Iraq jauh lebih kompleks; 3) Fuqaha’ Iraq berhadapan dengan orang-orang Parsi yang sudah mempunyai peradaban dan kemampuan berfikir maju. Keadaan ini dapat mendorong munculnya permasalahan-permasalahan hukum baru yang belum ditemukan ketentuannya pada masa Nabi saw; 4) Iraq merupakan tempat tinggal kebanyakan orang-orang Syi’ah dan Khawarij sebagai imbas (akibat) dari perpecahan politik yang terjadi dalam Islam. Perpecahan tersebut segera diikuti debat teologis untuk melegalisasi (mengesahkan) kelompoknya masing-masing yang sering pula diikuti dengan penciptaan hadis-hadis palsu. Kondisi ini ikut mendorong Iraq untuk lebih selektif dalam menerima hadis.


Sedangkan berkembangnya aliran ahl al-hadis di Hijaz dikarenakan beberapa hal: 1) Pengaruh dari metode yang menekankan pada hadis sementara mereka menjauhkan diri dari penggunaan akal dan qiyas kecuali dalam kondisi yang sangat terpaksa; 2) Hijaz merupakan gudang hadis dan praktik sahabat karena di daerah inilah Nabi saw bermukim dan menyampaikan ajarannya; 3) Di Hijaz tersebut sedikit sekali ditemukan problem hukum yang menuntut kreativitas berfikir, karena mereka jauh dari pengaruh Parsi dan Romawi; 4) Hijaz jauh dari tempat munculnya fitnah dan pertentangan keagamaan. Atas dasar alasan-alasan tersebut tidak mengherankan jika di kedua wilayah yang menjadi pusat perkembangan hukum Islam tersebut menampakkan corak yang berbeda.


Selasa, 07 April 2020

AMALIYAH MALAM NISFU SYABAN

Bulan Syaban merupakan salah satu bulan yang dimuliakan. Bulan kedelapan dalam kalender Hijriyah ini berada tepat di antara bulan Rajab dan Ramadan.
Ada banyak peristiwa besar dalam Islam yang terjadi pada bulan Syaban. Di antaranya, pemindahan arah kiblat dari Masjidil Aqsa menjadi menuju Kabah dan waktu diangkatnya catatan amal manusia.


Keutamaan bulan Syaban

Selain itu, dijelaskan pula keutaman bulan Syaban dalam suatu hadits yang artinya: Dari Abu Musa Al-Asy'ari, bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya'ban. Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan."
Setiap 14-15 Syaban, banyak umat muslim yang memperingati malam Nisfu Syaban. Pada tahun ini, malam Nisfu Syaban akan jatuh pada 8-9 April 2020 mendatang.
Mengingat berbagai keutamaan bulan Syaban, ada baiknya untuk menunaikan berbagai ibadah sunah agar keimanan semakin bertambah. Salah satunya dengan manunaikan sholat sunah Nisfu Syaban.
Loading...
Dihimpun dari berbagai sumber pada Selasa (31/3), berikut tata cara sholat sunah Nisfu Syaban beserta niat dan doanya.
0:00/0:00

Tata cara sholat sunah Nisfu Syaban.


Berikut tata cara sholat sunah Nisfu Syaban beserta bacaan doanya:
1. Membaca niat.
Bacaan niat sholat sunah pada malam Nisfu Syaban sebaiknya dengan niat sholat sunah mutlak.
"Usholli sunnatan  rak'ataini lillahi ta'ala"
Artinya: "Saya niat sholat sunnat dua rakaat karena Allah Ta'ala"

2. Takbiratul Ikhram, yakni mengangkat kedua tangan ke atas sambil mengucap "Allahu Akbar"
3. Membaca doa iftitah, al fatihah, dan surat pendek. Diutamakan membaca surat Al Kafirun.
4. Melakukan rukuk.
5. Iktidal.
6. Sujud.
7. Duduk di antara dua sujud.
8. Sujud kedua.
9. Berdiri lagi untuk menunaikan rakaat kedua.
10. Pada rakaat kedua, diutamakan membaca suat Al Ikhlas setelah Al Fatihah.
11. Duduk tahiyat akhir.
12. Mengucap salam.

Amalan setelah sholat sunah Nisfu Syaban

Setelah sholat dianjurkan membacan surat Yasin sebanyak tiga kali sambil niat dalam hati. Pada bacaan surat Yaasin pertama diniatkan untuk memohon umur panjang yang semata-mata hanya beribadah kepada Allah SWT.
Pada bacaan surat Yaasin yang ke dua diniatkan untuk memohon rezeki yang banyak dan halal untuk bekal beribadah kepada Allah SWT.
Pada bacaan Yaasin yang ketiga diniatkan memohon keteguhan iman.

Tata cara sholat tasbih di malam Nisfu Syaban.


Pada malam Nisfu Syaban, umat muslim juga bisa mendirikan sholat sunah tasbih. Tata caranya sama seperti sholat sunah lainnya, namun diselingi bacaan tasbih yakni: "Subhanallah, walhamdulillah, walaa, ilaaha illa allah, wallahu akbar"
Artinya: "Maha suci Allah dan segala puji bagi Allah, Allah Maha Besar"

Urutan tata cara sholat tasbih:

1. Tabiratul Ikhram.
2. Membaca surat Al Fatihah dan surat pendek.
3. Membaca kalimat tasbih 15 kali sebelum ruku.
4. Rukuk.
5. Membaca kalimat tasbih 10 kali sebelum i'tidal
4. I'tidal.
5. Membaca 10 kali kalimat tasbih sebelum sujud kedua.
6. Sujud.
7. Membaca 10 kali kalimat tasbih sebelum duduk antara dua sujud.
8. Duduk di antara dua sujud.
9. Membaca 10 kali kalimat tasbih sebelum sujud kedua.
10. Sujud kedua.
11. Membaca 10 kali kalimat tasbih.
12. Duduk istirahat sebelum berdiri untuk rakaat kedua.
13. Membaca 10 kali kalimat tasbih.
14. Pada rakaat kedua lakukan hal yang sama sampai salam.

Doa malam Nisfu Syaban.


اَللَّهُمَّ يَا ذَا الْمَنِّ وَ لا يَمُنُّ عَلَيْكَ يَا ذَا اْلجَلاَلِ وَ اْلاِكْرَامِ ياَ ذَا الطَّوْلِ وَ اْلاِنْعَامِ لاَ اِلهَ اِلاَّ اَنْتَ ظَهْرَ اللاَّجِيْنَ وَجَارَ الْمُسْتَجِيْرِيْنَ وَ اَمَانَ اْلخَائِفِيْنَ . اَللَّهُمَّ اِنْ كُنْتَ كَتَبْتَنِى عِنْدَكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقِيًّا اَوْ مَحْرُوْمًا اَوْ مَطْرُوْدًا اَوْ مُقْتَرًّا عَلَىَّ فِى الرِّزْقِ فَامْحُ اللَّهُمَّ بِفَضْلِكَ فِيْ اُمِّ اْلكِتَابِ شَقَاوَتِي وَ حِرْمَانِي وَ طَرْدِي وَ اِقْتَارَ رِزْقِي وَ اَثْبِتْنِىْ عِنْدَكَ فِي اُمِّ اْلكِتَابِ سَعِيْدًا مَرْزُوْقًا مُوَفَّقًا لِلْخَيْرَاتِ فَإِنَّكَ قُلْتَ وَ قَوْلُكَ اْلحَقُّ فِى كِتَابِكَ الْمُنْزَلِ عَلَى نَبِيِّكَ الْمُرْسَلِ يَمْحُو اللهُ مَا يَشَاءُ وَ يُثْبِتُ وَ عِنْدَهُ اُمُّ اْلكِتَابِ. اِلهِيْ بِالتَّجَلِّى اْلاَعْظَمِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَهْرِ شَعْبَانَ الْمُكَرَّمِ الَّتِيْ يُفْرَقُ فِيْهَا كُلُّ اَمْرٍ حَكِيْمٍ وَ يُبْرَمُ اِصْرِفْ عَنِّيْ مِنَ اْلبَلاَءِ مَا اَعْلَمُ وَ مَا لا اَعْلَمُ وَاَنْتَ عَلاَّمُ اْلغُيُوْبِ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَ صَحْبِهِ وَ سَلَّمَ . اَمِيْنَ

"Allaahumma yaa dzal manni walaa yumannu alaika ya dzal jalaali wal ikraam, Yaa dzath thauli wal in aam laa ilaaha illaa anta, dhahrul laajiin, Wa jaarul Mustajiiriin, Wa amaanul khaa ifiin.
Allahumma in kunta katabta nii indaka fii ummil kitaabi syaqiyyan aw mahruuman aw mathruudan aw muqtarran alayya fir rizqi famhu.
Allaahumma bi fadllika syaqaawatii wa hirmaanii wa thardii waq titaari rizqii wa ats-bitnii indaka fii ummil kitaabi sa 'iidan marzuuqan muwaf faqal lil khairaat. Fa innaka qulta wa qaulta wa qaulukal haqqu fii kitaabikal munazzali 'alaa nabiyyikal mursali, yamhul laahumaa yasyaa u wa yutsbitu wa indahuu ummul kitaabi.
Ilaahii bittajallil Aadhami fii lailatin nishfi min syahri syabaanil mukarramil latii yufraqu fiihaa kullu amrin hakiim wa yubram ishrif annii minal balaa i maa alamu wa maa laa alam wa anta allaamul ghuyuubi birahmatika yaa arhamar raahimiin.
Wa sallallaahu 'alaa sayyidinaa Muhammadiw wa 'alaa aalihii wa sahbihi wa sallama."
Artinya:
"Ya Allah Tuhanku, wahai Yang memiliki anugerah dan tiada yang memberi anugerah kepada-Mu, wahai Yang mempunyai keagungan dan kemuliaan, wahai yang mempunyai kekuasaan dan yang memberi nikmat, tiada Tuhan yang berhak di sembah kecuali Engkau, tempat bernaung bagi orang-orang yang mengungsi, tempat berlindung bagi orang-orang yang memohon perlindungan dan tempat yang aman bagi orang-orang yang ketakutan.
Ya Allah Tuhanku, jika Engkau telah menetapkan diriku di dalam Ummul Kitab (Lauh Mahfuz) yang berada di sisi-Mu sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir atau disempitkan rezekinya sudilah kiranya Engkau menghapuskan.
Ya Allah Tuhanku, berkat karunia-Mu apa yang ada dalam Ummul Kitab yaitu perihal diriku sebagai orang yang celaka, terhalang, terusir dan sempit rezeki. Dan sudilah kiranya Engkau menetapkan di dalam Ummul Kitab yang ada di sisi-Mu agar aku menjadi orang yang berbahagia, mendapat rezeki yang banyak lagi beroleh kesuksesan dalam segala kebaikan. karena sesungguhnya Engkau telah berfirman di dalam kitab-Mu dan firman-Mu adalah benar yang diturunkan melalui lisan Nabi yang Engkau utus, Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan, dan di sisi-Nya ada Ummul Kitab.
Ya Tuhanku, Berkat penampilan yang maha besar (dari rahmat-Mu) pada malam pertengahan bulan sya'ban yang mulia ini diperincikanlah segala urusan yang ditetapkan dengan penuh kebijaksanaan. Sudilah kiranya Engkau menghindarkan diriku dari segala bencana yang aku ketahui dan yang tidak ku ketahui serta yang lebih Kau ketahui (dari diriku), dan Engkau Maha Mengetahui segala yang gaib, berkat rahmat-Mu wahai yang maha penyayang diantara para penyayang.
Dan semoga Allah melimpahkan rahmat kepada junjungan kita Nabi Muhammad beserta keluarga dan para sahabatnya, semoga Dia melimpahkan salam sejahtera (kepada mereka)."

Keutamaan Shalat Tasbih

Sholat tasbih yang umat muslim kerjakan memiliki berbagai macam keutamaan. Keutamaan itu belum banyak diketahui oleh umat muslim. Berikut ini adalah keutamaan shalat tasbih yang harus diketahui :
  1. Sholat Yang Kalimatnya Paling Dipilih Oleh Allah SWT
Tanpa kita sadari bahwa Allah sangat menyukai bacaan tasbih sehingga DIA menjadi kalimat yang paling dipilih oleh Allah SWT. Pernah suatu kali Rasulullah ditanya oleh sahabatnya, ucapan apa yang terunggul?, Rasulullah pun menjawab dengan ucapan seperti ini :
مَا اصْطَفَى اللهُ لِمَلاَئِكَتِهِ أَوْ لِعِبَادِهِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
Yang dipilih Allah SWT terhadap para malaikat NYA dan hamba NYA merupakan ucapan : Subhanallahi wa bihamdihi’ ( HR. Muslim )
  1. Timbangan Amal Akan Berat
Ucapan tasbih ternyata bisa memberatkan timbangan amal di akhirat kelak nanti, seperti dengan apa yang disabdakan oleh Rasululah SAW seperti berikut ini :
كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِى الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلَى الرَّحْمَنِ: سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ
“Ada dua kalimat yang keduanya ringan diucapkan di lidah namun memberatkan timbangan amal dan keduanya disukai oleh ar-Rahman, yaitu: Subhanallahi wa bi hamdihi subhanallahil azhim” ( HR. Bukhari dan HR. Muslim)
  1. Penghapus Dosa
Keutamaan sholat tasbih lainnya adalah bisa digunakan sebagai penghapus dosa. Oleh sebab itu ada syeikh yang menganjurkan untuk melakukan sholat tasbih sebelum sholat hajat agar dosa-dosanya diampuni sehingga sholat hajatnya akan diterima oleh Allah SWT.
Memohon ampunan karena dosa juga bisa melakukan shalat tahajjud yang kemudian di lanjutkan dengan shalat taubat dengan bersungguh-sungguh.
Berikut ini sabda Rasulullah SAW yang berhubungan dengan shalat tasbih atau ucapan tasbih :
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وَإِنْ كَانَتْ أَكْثَرَ مِنْ زَبَدِ
الْبَحْرِ
Bunyi sabda Rasulullah SAW tersebut adalah “Subhanallahi wa bi hamdihi yang dibaca sebanyak 100 kali maka Allah bisa menghapuskan kesalahan meskipun kesalahan tersebut sebanyak buih yang ada di lautan.” ( HR. Muslim dan HR. Bukhari )
  1. Memiliki Perkebunan Kurma
Umat muslim yang melaksanakan sholat tasbih akan memiliki perkebunan kurma di surga kelak. Hal tersebut sesuai dengan hadist yang diriwayatkan oleh at-Tirmidzi seperti berikut ini :
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ وَبِحَمْدِهِ غُرِسَتْ لَهُ نَخْلَةٌ فِى الْجَنَّةِ
Bunyi dari hadist tersebut adalah “Barangsiapa yang mengucapkan kalimat tasbih subhanallahil azhimi wa bi hamdihi, maka ditanamkan baginya satu pohon kurma di surga.” ( HR. at-Tirmidzi )
  1. Menghindarkan Dari Kesedihan Dan Penyakit Berat
Jaman seperti saat ini banyak sekali penyakit berat yang susah untuk disembuhkan. Salah satunya adalah penyakit stroke. Umur yang sudah tua rentan untuk terkena berbagai macam penyakit salah satunya adalah stroke. Shalat tasbih ternyata memiliki keutamaan untuk menghidarkan dari rasa sedih dan terhindar dari penyakit berat seperti stroke.
Hal tersebut berdasarkan dengan hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu as-Sunni dan juga Ahmad. Dalam hadist itu diriwayatkan jika suatu kali orang muslim bernama Qabishah al-Makhariq mendatangi Rasulullah dan berkata:
 “Wahai Rasulullah, ajarkan aku beberapa ucapan atau kalimat yang dengan kalimat itu, Allah akan memberi manfaat kepadaku, karena umurku sudah tua dan aku merasa lemah dalam melakukan apapun. Rasulullah pun menjawab seperti berikut ini, Adapun untuk duniamu, maka setelah engkau selesai shalat Shubuh, ucapkanlah tasbih sebanyak tiga kali.”
Berikut ini adalah bunyi hadistnya :
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Artinya:
“Jika engkau membacanya, maka engkau terhindar dari kesedihan, kusta (lepra), penyakit biasa, belang, lumpuh akibat pendarahan otak (stroke).” ( HR. Ibnu as-Sunni dan HR. Ahmad)
  1. Shalat Tasbih Sebagai Senjata Untuk Menghadapi Persoalan Besar
Keutamaan shalat tasbih yang dilakukan oleh umat muslim bisa dijadikan sebagai senjata untuk mengatasi berbagai macam persoalan besar.
Seperti hadist yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah yang mengatakan jika Rasulullah menghadapi persoalan penting, maka Rasulullah akan mengangkat kepalanya ke langit sambil mengucapkan, “Subhanallahil azhim.” Sedangkan at-Tirmidzi meriwayatkan jika beliau berdoa dengan sungguh-sungguh, maka Rasulullah akan mengucapkan,“Ya hayyu ya qoyyum.”
  1. Menjadi Senjata Saat Krisis Pangan
Shalat tabsih juga bisa digunakan sebagai sejata menghadapi krisis pangan. Suatu saat umat muslim akan menghadapi masa krisis pangan, salah satu masa krisis pangan yang akan dihadapi adalah saat Dajjal muncul di permukaan bumi. Saat itu makanan orang beriman adalah tasbih dan juga taqdis.
Seperti yang diriwayatkan oleh al-Hakim dengan hadist berikut ini :
طَعَامُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِي زَمَنِ الدَّجَّالِ طَعَامُ الْمَلاَئِكَةِ: التَّسْبِيْحُ وَالتَّقْدِيْسُ، فَمَنْ كَانَ مَنْطِقُهُ يَوْمِئِذٍ التَّسْبِيْحَ أَذْهَبَ اللهُ عَنْهُ الْجُوْعَ
Artinya:
“Makanan orang beriman pada zaman munculnya Dajjal adalah makanan para malaikat, yaitu tasbih dan taqdis. Maka barangsiapa yang ucapannya pada saat itu adalah tasbih, maka Allah akan menghilangkan darinya kelaparan” ( HR. al-Hakim)

Manfaat Shalat Tasbih

Sholat tasbih juga memiliki beberapa manfaat. Tidak semua umat muslim tahu manfaat apa saja yang akan didapatkannya dengan melakukan sholat tasbih.
Berikut ini adalah beberapa manfaat sholat tasbih yang bisa didapatkan oleh umat muslim yang melaksanakannya :
  1. Menentramkan Batin
Dengan melakukan sholat sunnah seperti sholat tasbih, umat muslim yang melakukannya bisa memiliki ketentraman batin. Mengagungkan nama Allah di setiap gerakan sholat tasbih bisa membuat batin tentram dan merasa dekat dengan Allah.
  1. Dosa Terhapus
Manfaat sholat tasbih yang banyak diketahui adalah dosa umat muslim yang mengerjakan sholat tersebut bisa dihapus dosanya. Meski dosanya sebanyak buih yang ada di lautan.
  1. Mendatangkan Pahala
Amalan sunnah yang dilakukan meskipun jika ditinggalkan tidak apa-apa namun alangkah baiknya untuk dilakukan. Hal itu dikarenakan setiap amalan sholat sunnah yang dikerjakan akan mendapatkan pahala dan pahala tersebut bisa menjadi tabungan saat di akhirat kelak.

Senin, 30 Maret 2020

CORONA termasuk Rencana Besar ILLUMINATI

SEBUAH Dokumen rahasia dengan klarisifikasi not for distrube hasil kajian strategis sebuah tim dibawah pimpinan mantan Menteri Pertahanan Amerika Serikat, William Cohen yang merupakan Gembong Zionis, bocor ke luar dokumen yang dibuat pada tahun 2000 dikaji 15 ahli disiplin politik.


Hasil kajian tersebut diberi judul “Asia tahun 2025 dan pengaruhnya terhadap keamanan nasional Amerika Serikat abad 21″" menskenariokan bahwa Indonesia dan Pakistan harus dilenyapkan selambat-lambatnya antara tahun 2010 – 2025.

Zionis AS tidak akan memakai jalan kekerasan terlebih dahulu, langkah pertama mereka akan memasukan pengaruhnya ke Indonesia lewat media Televisi,cara pergaulan, mode dll. bila cara tersebut tidak berhasil!? maka mereka akan memakai langkah kekerasan/perang.

Diawali tahun 2006 dengan banyaknya pengaruh Yahudi yang masuk ke Indonesia seperti krisis multi dimensi, dimulai dari bermunculannya kekuatan separatis serta terorganisirnya perusakan moral generasi muda dengan narkoba,minuman keras dll. yang diback up! kaum kapitalis barat sampai akhirnya kita tidak sanggup lagi untuk mempertahankan negara kita yang bernama Indonesia ini.

Kita lihat saja Indonesia saat ini, hampir bukanlah Indonesia yang dahulu. banyak acara TV yg mempropogandakan simbol-simbol Zionisme, banyak remaja salah pergaulan. mode style berpakaian, kita sebagai umat muslim terbesar di dunia dan kita warga negara Indonesia jangan sampai tercuci otak atau ikut mempropogandakan Zionisme Yahudi tersebut.

1. Freemasory & Illuminati (1-12)

Hancurkan musuh-musuhnya lewat ● FINANCE ● FOODS ● FILMS ● FASHION ● FANTASY ● FAITH ● FRICTION ● Complicting Ideologis ● Industri Senjata / Jadwal Perang ● Lembaga Keuangan Internasional ● Industri Logistik / Rekonstruksi Pasca Perang ● Industri / Pengebaran Candu / Narkoba / Miras / Rokok.

2. Zionisme Internasional (13-21)

● Ciptakan / kendalikan The New World Order ● Ciptakan Revolusi Nasional & Perang Dunia ● Rekayasa Separatisme dan desintegrasi ● Ciptakan Revolusi Sex (Freesex, Homosex, Lesbian) ● Rusak Keluarga (Domestic Partner, Aborsi) ● Buat Aliran – Aliran Sesat ● Buat / Kuasai Senjata Biologis / Virus / Senjata Cuaca / Pemusnah Massal ● Promosikan Sekularisme sebagai agama baru / masa depan ● Promosikan Multi Partai.

3. Trio Imperialisme (30-38)

● Ciptakan Program-Program kemiskinan ● Kuasai Aset Ekonominya ● Kuasai Kekayaan Alamnya ● Kuasai Aset Informasinya ● Kuasai Sistem Politik dan Hukumnya ● Hancurkan Moral Rakyatnya ● Hancurkan Militansi Rakyatnya ● Suburkan Deislamisasi (Sekularisme, Liberalisme, & Pluralisme) ● Ramaikan Pemurtadan.

4. Skenario Separatisme dan Agressi dari luar (39-46)

● Terpurukkan Ekonomi Nasionalnya ● Pertentangan Elit Politiknya ● Suburkan Konflik Horizontalnya ● Pecah–Belah Militernya ● Datangkan “ Pasukan Perdamaian“ ● Buat Serbuan Paradigmatis ● Buat Sel-Sel Perlawanan ● Invasi Militer Setelah Diciptakan Status Legal Intervention.

6. Penyebaran Pemikiran Sesat(47-50)

● Karl Marx (Materialisme dan Atheisme) ● Sigmund Freud (Instinc Sexual & Libido) ● Nietze (Mencari Kepuasan Meski Dengan Kekejian) ● Charles Darwin (Manusia dari Monyet, yang Kuat harus mengalahkan yang lemah).

7. Penghancuran Dunia Abad 21 (51-57)



● Membom Mekkah (Usul Senator Tancredo) ● Hapuskan Indonesia 2025 ● Hapuskan Pakistan 2025 ● Hapuskan beberapa Negara Afrika 2025 ● Perang Dunia ke III (Untuk Membuat Israel Raya) ● The New Crusade ● Membunuh 3 Miliyar penduduk yang tidak disukai dengan kelaparan & penyakit tahun 2050 (proyek 2025 diusulkan oleh W. Cohen).

Jumat, 06 Maret 2020

*TEGURAN dan PETUAH Habib. Luthfi (Pekalongan)


Kepada Para Habaib, Wabil Khusus Yang Suka Petentang-Petenteng*


==========
*PETUAH HABIB LUTFI bin ALI bin HASYIM Bin YAHYA (Pekalongan)*
_Petuah ini berupa teguran keras kepada para HABIB/SAYYID yang *tidak menghormati* para habib keturunan Wali Songo, yang bersatu dalam marga AL-ADZMATKHAN AL-HUSAINI_
1. Mbah Kanjeng Sunan Ampel, As-Sayyid Al-Habib Al-Imamul Kabir Al-Ghouts Al-Quthubul Aqthob ALI ROHMATULLOH Al-Adzmatkhan, yang sering disebut Raden AHMAD ROHMATULLOH Kanjeng Sunan Ampel, dan WALI SONGO yang Lainnnya merupakan *pentolan* muballigh hebat di Jawa, keturunan Rasulullah صلى الله عليه وسلم."
2. Beliau mendedikasikan hidup dengan mencurahkan jiwa, raga, & waktu, demi dakwah di Tanah Nusantara, khususnya Jawa.
3. Beliau & para tim Wali Songo adalah pendahulu dalam Islam, karena itu akan *kuwalat* jika tidak hormat bahkan melupakan jasa-jasa para Wali Songo
4. Saya sering menyaksikan para Habaib yang baru datang dari Hadramaut, jauh setelah Wali Songo wafat, *petentang petenteng*, mengandalkan marga mereka.
a. "Kalian itu siapa?"
b. "Apa jasa kalian di bumi Jawa?"
c. "Leluhur kalian (para habaib / sayyid), datang dari Hadramaut ke negeri ini, Jawa itu sudah banyak Islamnya, dan saat itu Islam di Jawa sudah ada ratusan tahun lamanya."
d. "Islam di Nusantara adalah berkah perjuangan para wali Allah keturunan Rasulullah dari marga ADZMATKHAN. Artinya, kalian cuma nompo kepenak, tompo resik, tanpa susah payah, dakwah tinggal melanjutkan saja, karena sudah dibukakan pintu dan jalan oleh Wali Songo ADZMATKHAN, untuk kalian lewati."
e. "Untuk itu, saya sangat bersedih jika di antara kalian malah mencaci maki keturunan Wali Songo, apa lagi sampai *menganggap mereka bukan dzurriyyah Rasulullah."*
f. "Kalian di sini cuma *nggandhul berkahe Wali Songo dan keturunan mereka.*"
5. Jadi pesan saya, kalian para Habaib & Sayyid dari Hadramaut, termasuk saya sendiri, *jangan adigang adigung adiguno* di tanah yang *bukan* leluhur kita yg membangun."
6. "Kita wajib *Khidmah, ta'dhim, dan ngrungkebi* terhadap seluruh keturunan Wali Songo. Mereka masih _saudara tua_ kita, mereka bersatu dalam marga AL-ADZMATKHAN, yang tersebar dan membaur dengan masyarakat asli negeri ini, bahkan ADZMATKHAN banyak yang *bersembunyi*.
7. _"Berhati-hatilah kalian dalam bergaul dengan mereka, karena sekali lagi, mereka *SAUDARA YANG LEBIH TUA* dari kita, dan leluhur mereka lebih dahulu *membukakan pintu rahmat Allah di tanah Nusantara ini untuk warga asli & juga untuk kita selaku saudara pendatang*._
8. "Kita semua, yang *bukan* AL-ADZMATKHAN di tanah ini hanyalah *nggandhul barokahe Wali Songo dan sedoyo keturunan Wali Songo."*
9. "Kita sangat *haram* merendahkan mereka, untuk itu kita *wajib* hormat & andhap asor kepada mereka. Kalau bicara dengan mereka, gunakan *unggah-ungguh Jawa* yang baik dan benar, gunakan bahasa *kromo inggil* khas Jawa."

Minggu, 01 Maret 2020

Yang mengganggap Bid'ah Memperingati Isro Mi'roj tak pantas mengaku Ahli Sunnah Wal jama'ah

RAJAB.
Hampir semua Umat Islam diseluruh dunia siap menyambut, memperingati peristiwa Isra dan Miraj Nabi Besar Muhammad SAW. Sejumlah kegiatan keagamaan dilaksanakan oleh lembaga pendidikan pesantren, Masjid2 dan musholla untuk memperingati Isra dan mi'rojnya Nabi Besar Muhammad SAW.
Pemerintah Republik Indonesia pun menjadikan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW sebagai hari  hari libur nasional. Sebagai tanda memperingati kelahiran Beliau Nabi Muhammad SAW.

Allah mengabadikan kedua peristiwa ini dalam Alquran. Peristiwa Isra di awal Surah Al-Isra, 

Image result for surat al isra ayat 1

artinya: “Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al-Masjid Al-Haram ke Al-Masjid Al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Sedangkan peristiwa Miraj ada dalam surah An-Najm ayat 13-18, 

Image result for surat an najm ayat 13-18

artinya: “Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratil Muntaha. Di dekatnya ada surga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (Muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar.”
Menarik disimak, pemberitaan peristiwa Isra diawali dengan tasbih, yaitu: Subhanalladzi asra bi abdihi…” Sepertinya Allah SWT menginginkan agar di bulan Rajab umat ini banyak bertasbih. Nabi bersabda: 

“Barang siapa membaca tasbih: Subhanallohil hayyul qayyum (Maha Suci Allah yang Maha hidup Maha Mandiri) sepuluh hari pertama; Subhanallahil-ahadish-shamad (Maha Suci Allah yang Maha Esa pergantungan segala harapan) sepuluh hari kedua dan Subhanallahirra’uf (Maha Suci Allah yang Maha Penyayang), sepuluh hari terakhir masing-masing seratus kali setiap hari, kepadanya dianugerahkan sesuatu yang tidak bisa disebutkan nominalnya.” (Nuzhah al-Majalis, Syekh Abdurrahman As-Shafuri As-Syafi’i jilid I, hal. 152).
Apa itu tasbih? Lafazh tasbih berasal dari kata kerja sabbaha-yusabbihu, artinya: “mengucapkan subhanallah,” terjemahnya: “Maha Suci Allah.” Bila seseorang mengucapkan: Sabbahallah, berarti orang tersebut mensucikan dan mengagungkan Allah, jadi tasbih berarti pengagungan/ pensucian terhadap Allah dari sesuatu yg tidak layak bagi-Nya.
Imam Al-Fakhrurrazi mengatakan: “Tasbih adalah suatu ungkapan pengakuan akan kesucian Allah dari segala sesuatu yang tidak layak bagi-Nya.” Dengan kalimat tasbih, Nabi ingin menepis anggapan kuffar dan musyrikin Makkah yang tidak mempercayai kebenaran peristiwa tersebut; karena Dia Maha Suci dari hal-hal yang tidak mungkin menurut makhluk.
Nabi SAW bersabda: rajab syahrullah, wa sya’ban syahri, wa Ramadhan syahru ummati. Artinya: “Rajab adalah bulan Allah, (sedang) Sya’ban adalah bulanku dan Ramadan adalah bulan ummatku.”
Para ulama menganjurkan dalam bulan Rajab agar banyak beristigfar; tersusunlah doa istigfar yang disebut “Istigfar Rajab.” Memang menurut Sayyid Sabiq dalam Fiqh Sunnah “ tidak ada keistimewaan amaliyah tertentu di bulan Rajab, apakah itu puasa dan lainnya; kendati diakui di bulan haram sangat dianjurkan banyak berpuasa.”
Kendati hari raya dalam Islam hanya dua, yaitu Idul fitri dan Idul adha, namun beberapa peristiwa yang dianggap penting dalam sejarah Islam selayaknya diperingati, yaitu 1 Muharram (tahun baru Islam), 12 Rabi’ul Awwal (kelahiran Nabi SAW), 27 Rajab (terjadinya Isra dan Miraj) dan 17 Ramadan (turunnya Alquran).
Dengan peringatan-peringatan tersebut, tentu saja diharapkan dapat mempertebal keimanan dan ketakwaan, Menambah rasa Cinta terhadap Allah dan Rosul-Nya. Sehingga rasa beragama kita semakin kuat, dan membangkitkan semangat dalam beribadah kepada ALlah SWT. Menyadarkan kita akan begitu kuatnya perjuangan Nabi Muhammad SAW. Dan yg tak kalah penting terbangunnya upaya meningkatkan ukhuwah Islamiyah. 



ALANGKAH INDAHNYA JIKA CINTA KITA KEPADA ALLAH DAN ROSUL-NYA SEPERTI CINTANYA LAILA DAN MAJNUN

Sebuah Cerita kisah cinta dua sejoli yang sedang dimabuk asmara, Membangkitkan semangat luar biasa untuk mempertahankan cintanya. Mereka rel...